Jumat, 15 April 2011


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesaehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.(Depkes,1984)
Generasi muda merupakan factor yang penting untuk pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Meningkatkan kesehatan pada anak-anak akan sangat membantu berhasilnya upaya peningkatan kesehatan. (Depkes,1984)
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui pendidikan yang dimulai dari tingkat dasar dan menengah secara keseluruhan diharapkan dapat dilaksanakan melalui usaha kesehatan sekolah, sehingga penduduk usia sekolah keatas telah mengerti dan melaksanakan dasar-dasar kebersihan dan makanan sehat. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan diharapkan lembaga-lembaga pendidikan tenaga kesehatan dapat menghasilkan jumlah dan jenis tenaga yang berorientasi kepada kesehatan masyarakat (Depkes, 1984)
Awal masa sekolah merupakan  periode dimana anak memasuki lingkungan baru, berubah dari yang hanya bermain ke tahap belajar, perubahan ini sedikit banyak akan berakibat pada nafsu makan yang berkurang Karena anak mungkin mengalami depresi. Belum lagi kebiasaan anak yang sering mengkonsumsi makanan secara sembarangan disekitar lingkungan sekolah seperti snack/makanan ringan, permen dan berbagai jenis makanan lainnya. Di sekolah, pengawasan orang tua terhadap anak sedikit longgar, sehingga salah satu pemecahannya yakni dengan mengurangi uang jajan pada anak, karena pada masa ini anak belum bias memikul tanggung jawab sehingga apabila uang jajan terlampau banyak, maka si anak akan menggunakan uang tersebut untuk hal-hal yang kurang berguna.
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ-organ dan system tubuh anak. Foodbone diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak Negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius untuk jangka pendek, sehinga seringkali kurang diperhatikan baik oleh orang tua, masyarakat atau institusi yang terkait dengan masalah ini (Anonim, 2007).
Menurut Sampurno (2005), masalah keracunan makanan sudah menjadi langganan di Indonesia. Hampir setiap tahun kasus keracunan selalu ada dan angka kejadiannya pun cukup tinggi. Dari seluruh kasus keracunan makanan yang ada, semua bersumber pada pengolahan makanan tidak higienis. Ironisnya makanan tidak higienis ini banyak dijual di kantin sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bogor, terbukti bahwa makanan jajanan yang terkena cemaran mikrobiologis dan cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada jajanan kaki lima, yang disebabkan oleh penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) illegal seperti boraks (pengenyal yang mengandung logam berat boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah untuk tekstil) dan methanol yellow (pewarna kuning untuk tekstil) (Iswarawanti, dkk 2007).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan gizi adalah kebiasaan makan. Anak usia sekolah mempunyai kebiasaan jajan. Kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian dari budaya dari keluarga. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan berpengaruh pada status gizi (Susanto, 2003).
Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara internal maupun eksternal. Untuk pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup sedangkan secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain sehingga pengetahuan anak tentang gizi bertambah (Solihin, 2005).
Salah satu sikap penting dan mendasar sebagai sebab timbulnya masalah gizi kurang adalah adanya sikap pemilihan makanan jajanan individu yang tidak sesuai dengan kaidah gizi, oleh karena itu upaya penyadaran akan gizi pada anak SD perlu ditingkatkan sehingga anak SD mengetahui makanan jajanan yang baik dan bergizi (Susanto,2003).  Dari segi gizi sebelumnya makana jajanan belum tentu jelek, karena ternyata makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29%, dan zat besi 52%, tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan (Anonim, 2007).
1.2 Perumusan Masalah
                        Hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan tingkat pemberian uang saku anak kelas 6 sekolah dasar dalam memilih makanan jajanan di SDN Sungai  Besar 8 Banjarbaru.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan Pengetahuan Gizi Dengan tingkat pemberian uang saku anak Kelas 6 SD dalam Memilih Makanan Jajanan Di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.



1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menegetahui pengetahuan orang tua tentang jajanan anak di sekolah.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan gizi orang tua.
3. Mengetahui tingkat pemberian uang saku orang tua.
1.4 Hipotesis Penelitian
1.4.1          Ada hubungan tingkat pengetahuan gizi orang tua dengan pengetahuan gizi dengan tingkat pemberian uang saku anak  kelas 6 SD dalam memilih makanan jajanan di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada responden akan pentingnya kesadaran dan mengkonsumsi makanan jajanan yang sehat dan bergizi, agar responden dapat mengantisipasi dirinya sendiri untuk memilih makanan jajanan yang aman dan sehat,sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi dan kesehatannya selalu terjaga.
1.5.2    Bagi Orang Tua
Dapat memberikan informasi pada Orang Tua yang berkaitan dengan pengetahuan anak terhadap Status Gizi anak.
.1.5.3   Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru dalam menghimbau dan menetapkan peraturan mengenai makanan jajanan yang sehat bagi para anak didiknya dalam rangka mengantisipasi munculnya masalah gizi khususnya kejadian infeksi atau angka kesakitan pada anak sekolah, karena pada dasarnya, penindak lanjutan masalah keamanan jajanan anak sekolah tidak lepas dari partisipasi pihak sekolah
1.5.4    Bagi peneliti
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam pelaksanaan penelitian serta dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengetahuan dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan ”What”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan secara perorangan maupun bersama ternyata langsung dalam dua bentuk dasar yang sulit ditentukan mana kiranya yang paling “asli” atau mana yang paling berharga dan yang paling manusiawi. Bentuk satu adalah mengetahui saja dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia (Notoatmojo, 2003).
            Menurut kamus bahasa Indonesia tahun 1995 pengertian pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui adalah kepandaian, jadi pengertian pengatahuan gizi adalah segala sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan.
            Salah satu faktor penting dalam masalah kurang gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (Suhardjo,dkk,1989).
            Rendahnya pendidikan dan pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor penghambat dalam usaha perbaikan gizi. (Sayogyo,dkk,1986).
            Pengetahuan dasar tentang penganeka ragaman bahan makanan berdasarkan slogan empat sehat lima sempurna dan kecukupan gizi keluarga diperlukan sebagai pedoman untuk menyusun pola konsumsi terutama di tingkat keluarga. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat,1991).
            Namun, sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun 1995 Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Pedoman ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi konferensi gizi internasional di Roma pada tahun 1992 untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua penduduk yang merupakan prasyarat untuk pembangunan sumberdaya manusia. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 semprna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir telah mulai menampakkan diri di Indonesia.
            Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan Zat-zat gizi.hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari.Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.Pengelompokkan bahan makanan disederhanakan,yaitu didasarkan pada tiga fungsi zat gizi,yaitu sebagai sumber energi atau tenaga,sumber zat pembangun,dan sumber zat pengatur.
                        Dari tiap kelompok dipilih satu atau lebih jenis makanan sesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut dipasar,keadaan sosial ekonomi,nilai gizi,dan kebiasaan makanan.PUGS diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.(Sunita Almatsier,2009)
            2.1.1 Tingkat Pengetahuan.
                        Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu; (Notoadmodjo,2003)
a.       Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b.      Memahami (comprehention)
Artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar.
            c.   Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.



            d.   Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menyatakanm meteri atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
            e.   Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk menunjukkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.
            f.    Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
            2.1.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Solihin, 2005) bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu, faktor internal dan faktor eksternal yaitu:
1.            Faktor internal meliputi:
a)      Kesehatan
Status kesehatan sangat mempengaruhi status gizi seseorang. Infeksi dan demam dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencernakan makanan. Parasit dalam usus, seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dalam tubuh dalam memperoleh makan dan dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam arus darah. Keadaan gizi yang demikian membantu terjadinya kurang gizi. Sehat berarti keadaan fisik, mental dan sosial anak berfungsi secara optimal dan seimbang, keseimbangan ini akan terganggu jika seseorang anak berada dalam keadaan yang tidak optimal baik fisik, mental maupun sosial.
b)      Intelegensi
Intelegensi sangat besar sekali pengaruh terhadap pengetahuan anak yang mempunyai intelegensi yang lebih tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi rendah.
c)      Perhatian
Keaktifan jika yang tinggi yang semata-mata setuju pada suatu obyek. Jika perhatian anak kurang terhadap suatu materi, maka pemahaman terhadap materi tersebut akan berkurang dan menurun.
d)     Minat
Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan yang diminati anak, diperhatikan 12  terus-menerus disertai rasa senang berbeda dengan perhatian yang sifatnya sementara.
e)      Bakat
Kemampuan untuk belajar, kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar/ berlatih.

2.            Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang meliputi:
a)      Keluarga
Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan anak karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga, dan justru golongan yang rawan terhadap masalah gizi mempunyai prioritas paling akhir yaitu wanita dan anak-anak. Jika kebiasaan budaya pembagian kebiasaan budaya pembagian pangan yang tidak merata dalam unit keluarga terus diterapkan, maka akan menyebabkan bencana baik bagi kesehatan maupun kehidupan.
b)      Metode pembelajaran
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui didalam mengajar, untuk menghindari pelaksanaan cara belajar yang salah perlu suatu pembinaan. Dengan metode belajar yang tepat dan efektif, akan efektif pula hasil belajar anak.
c)      Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga mempengaruhi belajar anak. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat adalah berhubungan dengan media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.


2.2       Uang Saku
                        Pemberian uang saku tak hanya mengenalkan kemampuan mengelola keuangan. Menuntut tanggung jawab,komitmen dan kedipsiplinan anak.
                        Mengenalkan pengelolaan uang berarti juga memperkenalkan nilai uang, cara membuat anggaran,serta menabung.semakin cepat diperkenalkan anak akan semakin siap mengelola keuangannya secara mandiri.Untuk itu orang tua perlu mendidik anak mulai dari hal yang sederhana terlebih dulu yaitu bagaimana manfaat uang saku.
                        Menurut konsultan keuangan dari safir senduk dan rekan, Ahmad Gozali mengatakan pemberian uang merupakan sarana pembelajaran anak terhadap tanggung jawab,komitmen, dan matematika sederhana. Tanggung jawab untuk membuat keputusan sendiri penggunaan uangnya. Agar tujuan tersebut tercapai, anak harus memberikan pengertian terlebih dahulu bahwa uang yang diterima memiliki jangka waktu tertentu (mingguan/bulanan).Dengan demikian ia harus berkomitmen untuk tidak meminta uang lagi sebelum waktunya tiba, meski uangnya sudah habis.
                        Tingkat jumlah uang saku yang diberikan orang tua kepada anak tentu saja berkaitan dengan jumlah pendapatan perekonomian keluarga.
                        Pada umumnya ,jika tingkat pendapatan keluarga naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik juga. Tingkat pendapatan menentukan pola makanan apa saja yang dibeli dengan uang tersebut. Orang yang penghasilannya rendah, biasanya akan membelanjakan pendapatannya untuk makan, sedang yang penghasilannya tinggi sudah tentu akan lebih dari itu. Bentuk makan-makanan padi akan menurun dan untuk makanan yang dibuat dari susu akan bertambah jika keluarga beranjak kependapatan tingkat menengah. Semakin tinggi pendapatan, semakin bertambah pula persentase pertambahan pembelanjaannya termasuk untuk buah-buahan, sayur-sayuran dan jenis-jenis makanan lainnya. (Suhardjo,dkk. 1985).
2.3       Makanan Jajanan
                     Pengertian  Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food  menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Iswaranti dkk, 2007).
            2.3.1 Jenis Makanan Jajanan
Jenis makanan jajanan menurut Winarno dalam Mulyati (2003:22) dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
1)   Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam, dan sebagainya.
2)   Snack atau penganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan sebagainya.
3)   Golongan minuman seperti cendol, es krim, es teler, es buah, es teh, dawet dan sebagainya.
4)   Buah-buahan segar.



            2.3.2 Fungsi Makanan Jajanan
Jajanan bagi anak sekolah dapat berfungsi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi). Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan penganekaragaman pangan sejak kecil (Ali Khomsan, 2003:16).
Berikut adalah contoh kandungan energi dan protein beberapa bahan makanan.
Tabel 1
Kandungan Energi dan Protein Beberapa Bahan Makanan
(100 gram b.d.d)







2.3.3 Kandungan Zat Gizi dan Zat kimia Makanan Jajanan
1) Kandungan Zat Gizi
              Dari segi gizi sebenarnya makanan jajanan belum tentu jelek, karena ternyata makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%, tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan (Anonim, 2007).  Makanan jajanan umumnya mengandung zat tepung, gula, garam, lemak dan kolesterol, hal ini menyebabkan risiko tinggi terjadinya hipertensi, Diabetes Militus ataupun penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit jantung (Didinkaem, 2006).
2)      Kandungan Zat Kimia
          Boraks, zat pengawet, dan pewarna berbahya, merupakan bahan aditif (tambahan) makanan. Sementara bahan aditif terutama yang terbuat dari bahan kimia harus dibatasi penggunaannya. Jika tidak dikendalikan, dalam jangka panjang, bahan-bahan aditif tersebut bisa menjadi bersifat karsinogenik (memicu timbulnya kanker) (Baliwati dkk, 2004).
Sedikitnya 19.465 jenis makanan yang dijadikan sampel pengujian dalam penelitian BPOM tahun 2006, ditemukan 5,6% sampel tidak layak diedarkan. Sebanyak 185 item mengandung pewarna berbahaya, 94 item mengandung boraks, 74 item mengandung formalin, dan 52 item mengandung benzoate atau pengawet dalam kadar berlebih. Badan POM kemudian menariknya dari peredaran untuk dimusnahkan. Disamping itu, Badan POM juga memeriksa sebanyak 36 dari 267 industri yang terdaftar produknya, belum memenuhi persyaratan. Dari 927 unit industri rumah tangga berizin SP (Sertifikat Penyuluhan) yang diperiksa, ternyata ditemukan sebanyak 542 unit sarana belum memenuhi persyaratan (Anonim, 2007).


2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan
Jajanan bagi anak sekolah merupakan fenomena yang menarik untuk ditelah karena beberapa kelebihan yaitu:
1)   Merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi).
2)   Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan penganekaragaman pangan sejak kecil.
3) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temannya di sekolah. Adapun kekurangan atau aspek negatif dari makanan jajanan yaitu bahwa jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Selain itu banyak makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anak (Ali Khomsan, 2003:16).
Sebagian besar makanan jajanan hanya mengandung karbohidrat yang membuat anak cepat kenyang. Hal ini dapat mengganggu nafsu makan, sehingga apabila dibiarkan akan mengganggu pertumbuhan tubuh anak. Apabila keseimbangan gizi tidak dipenuhi, dan ini berjalan terus-menerus menjadi kebiasaan, anak akan kekurangan zat gizi seperti zat besi yang dapat mengakibatkan anemia serta berbagai penyakit lain akibat kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain hal tersebut di atas, makanan jajanan juga masih berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya yang tidak higienis, yang mengakibatkan keracunan karena terkontaminasinya makanan jajanan oleh mikroba beracun maupun penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak diizinkan.
2.3.5 Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan
Tabel 2
Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan
NO
Jajanan
Ukuran
Berat
(g)
Energi
(Kalori)
Protein
(Gram)
1
Bakwan
1 Buah
40
100
1,7
2
Bakso
1 Porsi
250
100
10,3
3
Chiki
1 Bungkus
16
80
0,9
4
Coklat
1 Bungkus
16
472
2,0
5
Es Mambo
1 Bungkus
25
152
0,0
6
Gado – Gado
1 Porsi
150
203
6,7
7
Klepon
4 Buah
50
107
0,6
8
Misro
1 Buah
50
109
0,4
9
Pisang Goreng
1 Buah
60
132
1,4
10
Permen
1 Buah
2
100
0,0
11
Risoles
1 Buah
40
134
2,1
12
Siomai
1 Porsi
170
95
4,4
       Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, dkk (2001:308)
2.4 Kerangka Konsep










Anak Sekolah
 


Makanan jajanan
 



Pengetahuan gizi
 



Tingkat pemberian uang saku
 



 

     











 




Keterangan :
            -----------------------                   = tidak diteliti
                                                            = diteliti




2.5 DEFINISI OPERASIONAL
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Kategori
Skala
1.
Pendapatan Keluarga
Semua pendapatan atau penghasilan yang diterima ayah dan ibu anak SD dari pekerjaan yang menghasilkan uang selama satu bulan dibagi jumlah anggota keluarga.
wawancara
kuesioner
Baik :
> 3.500.000

Sedang :
1.500.000 – 3.500.000

Kurang :
< 1.500.000
Ordinal
2.
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Gizi adalah menggali apa yang anak tahu tentang apa yang dia ajukan misalnya tentang zat gizi dan menu seimbang. Misalnya menjawab pertanyaan tentang telur merupakan sumber protein nabati.
wawancara
Kuesioner
Baik     =
> 80 %

Sedang            =
60 – 80 %

Buruk  =
< 60 %

(Djiteng, 1989)

Ordinal
3.
Tingkat pemberian uang saku

Tingkat pemberian uang saku adalah mengenalkan kemampuan mengelola keuangan. Menuntut tanggung jawab,komitmen dan kedipsiplinan anak.
Wawancara
Kuesioner
Baik :
> Rp.7000

Sedang :
Rp.2000 – Rp.7000

Kurang :
< Rp.2000
(Februhartanti.2004)
Nominal

4.
Makanan Jajanan
Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Iswarawanti dkk, 2007.

















BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis explanatory research (penelitian penjelasan) dengan pendekatan cross sectional yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat pada suatu saat yang bersamaan atau penelitian penjelasan karena menjelaskan hubungan antar variabel yaitu variabel bebas pengetahuan gizi (Soekidjo Notoatmojo, 2002:26).
Variebel bebas yaitu pengetahuan gizi anak. Variabel terikat yaitu tingkat pemberian uang saku anak dan berdasarkan jenis penelitian termasuk penelitian observasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dan tingkat pemberian uang saku anak di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
3.2 TEMPAT DAN WAKTU
3.2.1. Tempat 
                   Penelitian ini dilakukan di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru untuk mengambil sampel.
3.2.2. Waktu
             Penilaian ini dimulai dari survey pendahuluan sampai analisis data yang dimulai bulan Februari sampai Maret 2011.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL
3.3.1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru
3.3.2. Sampel penelitian
N
1+N (d2)
 
Sampel adalah sebagian dari populasi.Sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut :
                        N =
Dimana :       N = Besar Populasi
                     N = Besar sample
64
1+64(0,12)
 
                     d  = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
Maka :          n =
64
1.64
 

 =
                                    n = 40 siswa
            dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sample yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa.
        N1
     
       N
 
            Rumus pengambilan sampel perkelas :
 .n
 





Ni =
 





           
Keterangan :
            Ni = Jumlah sampel yang diambil pada setiap kelas
            NI = Jumlah siswa seluruhnya pada setiap kelas
            N  = Jumlah seluruh populasi
            n  = Jumlah sampel seluruhnya



3.4  JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA
3.4.1  JENIS DATA
a.       Data primer
1)      Identitas sampel, yaitu nama, jenis kelamin dan umur.
2)      Data mengenai pengetahuan gizi dan tingkat pemberian uang saku anak Sekolah Dasar dalam memilih makanan jajanan yamg diperoleh dengan koesioner.
b.      Data sekunder
1)      Data geografi sekolah.
2)      Data jumlah keseluruhan anak kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
3.4.2 CARA PENGUMPULAN DATA
a.       Wawancara melalui kuesioner pengetahuan gizi dan tingkat pemberian uang saku anak sekolah dasar dalam memilih makanan jajanan di sekolah.
b.      Pengamatan langsung terhadap anak Sekolah Dasar dalam memilih makanan jajanan.  .
3.5  PENGOLAHAN DATA
1.   Pengolahan Data
1.      Data Pengetahuan Gizi
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden masing-masing pertannyaan di beri nilai 1 ( satu ) untuk jawaban yang benar dan 0 ( nol ) untuk jawaban yang salah dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai =  = x 100%
Kemudian hasilnya dikategorilan dan ditabulasikan sebagai berikut :
Tabel 3 : Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi
No
Tingkat pengetahuan
N
%
1.
Baik


2.
Sedang


3.
Kurang


Jumlah

100

  1. Data Tingkat Pemberian Uang Saku
Untuk mengetahui Tingkat pendapatan orang tua responden dengan menggunakan kuesioner dan ditabulasikan sebagai berikut :
            Tabel 4 : Distribusi tingkat pemberian uang saku
No
Jumlah uang saku
N
%
1.
Tinggi


2.
Sedang


3.
Rendah


Jumlah

100

  1. Data Jumlah Pendapatan Orangtua Responden
Untuk mengetahui tingkat pendapatan orangtua responden dengan menggunakan kuesioner dan ditabulasikan sebagai berikut :



Tabel 5 : Distribusi pendapatan keluarga responden
No
Jumlah pendapatan keluarga
N
%
1.
Tinggi


2.
Sedang


3.
Rendah


Jumlah

100

3.6 ANALISA DATA
Dari hasil pengolahan data, maka dapat dianalisa dengan cara Univariat dan Bivariat.
1.         Analisa Univariat
            Analisa ini bertujuan untuk mengetahui gambaran identitas anak sekolah dasar, Tingkat pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku anak. Data ditampilkan dengan menggunakan tabel frekuensi dua kolom, angka disajikan dalam tabel bersifat absolut dan relatif (persentasi).
2.         Analisa Bivariate
            Analisa ini bertujuan untuk menilai hubungan antara, tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan, tingkat pemberian uang saku anak-anak kelas 6 SDN Sungai besar 8 Banjarbaru.Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dengan menggunakan program komputer.
Rumus uji Chi Square :


Keterangan :
X         =          Chi Square
0          =          Nilai yang diabservasi
E          =          Frekuensi yang dihasilakan
k          =          Jumlah kolom
b          =          Jumlah baris
Syarat penggunaan uji korelasi chi square :
1.                  Jumlah sampel antara 20 – 40
2.                  Semua nilai frekuensi harapan tidak lebih kecil dari 5
3.                  Jika jumlah sampel lebih besar dari 40 harus menggunakan faktor koreksi kekontinuan (rumus A)
4.                  Pada tabel silang r x c, diperbolehkan memiliki nilai frekuensi harapan kurang dari 5 tetapi jumlahnya tidak boleh melebihi 20 %, namun tidak boleh ada frekuensi harapan yang nilainya kurang dari 1. Apabila ada masalah dengan nilai frekuensi harapan dapat dilakukan penggabungan antara kategori yang berdekatan sehingga akan memperbesar frekuensi harapan.
Analisa data  yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Chi Square Test. Analisis data dilakukan dengan menggunakan proses SPSS.
Interpretasi :
·         Bila P < 0,05 Ho ditolak berarti ada hubungan pengetahuan gizi dengan tingkat pemberian uang saku.
·         Bila P > 0,05 Ho diterima berarti tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan tingkat pemberian uang saku.
BAB IV
JADWAL DAN ANGGARAN
4.1 JADWAL
No
Kegiatan
2010
2011
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
Persiapan












a.   Pengajuan judul
X











b.  Persetujuan judul
X











c.   Survey pendahuluan

X










d.  Konsultasi
X
XX
X









e.   Penyusunan proposal
X
X
X









f.   Seminar proposal












g.  Perbaikan proposal











2.
Pelaksanaan












a.   Pengumpulan data












b.   Pengolahan data












c.   Analisa data











3.
Penyusunan KTI











4.
Seminar KTI











5.
Perbaikan KTI











6.
Laporan akhir dan penggandaan




















4.2 ANGGARAN
Jenis Kegiatan
Anggaran
A.    Persiapan

1.   Pengetikan proposal
Rp. 100.000
2.   Penjilidan
Rp. 50.000
3.   Penggandaan
Rp. 70.000
4.   Pembuatan transparan
Rp.
5.   Transportasi
Rp. 50.000
B.     Pelaksanaan

1.   Pengumpulan data
Rp. 50.000    
2.   Pengolahan data
Rp. 50.000
3.   Transportasi
Rp. 50.000    
C.     Penyusunan KTI

1.    Pengetikan KTI
Rp. 100.000  
2.    Penjilidan KTI
Rp. 50.000    
3.    Penggandaan
Rp. 70.000    
4.    Pembuatan transparan
Rp.                
5.    Transportasi
Rp. 50.000    
D.    Lain-lain
Rp. 50.000    
Jumlah Pengeluaran
Rp. 740.000